Sumpah Pemuda 2015

Pertama : Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kedua : Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe, berbangsa jang satoe. Bangsa Indonesia.
Ketiga : Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoengdjoeng bahasa persatoean. Bahasa Indonesia.

Dari kutipan diatas, yang bersumber dari sini.

Kira-kira sepeti itu Putusan Kongres Pemuda atau sering disebut sebagai Sumpah Pemuda. Dan tanggal 28 Oktober menjadi Hari Sumpah Pemuda, bisa juga diartikan sumpahnya para pemuda dan pemudi seluruh Indonesia. Yang sering menjadi pertanyaan pribadi saya. Apakah para pemuda dan pemudi sudah benar-benar melaksanakan Putusan Kongres Pemuda tersebut?

Ditulisan kali ini saya akan sedikit melihat kelakuan para pemuda dan pemudi masa kini. Apakah sudah seperti yang di Putuskan oleh Kongres Pemuda. Dan yang jelas, dari sudut pandang yang berbeda.

Pertama : Kami poetra dan poetri Indonesia bertoempah darah jang satoe. Tanah Indonesia.

Menurut kacamata saya. Para pemuda dan pemudi memang sudah bertumpah darah alias menumpahkan darahnya di Indonesia. Lho kok bisa? Lihat saja belakangn hari ini tentang konflik agama yang berujung pada tumpahnya darah anak manusia atau dari sisi unjuk rasa para pemuda Indonesi yang berujung bentrok dan pada akhirnya tumpah juga darahnya.

Ah sudah, anggap saja saya yang salah mengartikannya. Toh, bertumpah darah satu tidak harus menumpahkan darahkan?

Kedua : Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.

Lagi-lagi sudahkah pemuda kita bersatu? Kayaknya sih belum, menurut saya lho ya. Lihat saja faktanya masih banyak yang saling sikut di negeri ini. Dan masihnya terpetak-petakkan, mulai dari agama, politik, bahkan sosial.

Tapikan bersatu gak harus sama, put!

Iya, bersatu tidak harus sama, tapi apa perlu gonthok-gonthokan juga?

Dijaman modern saat ini. Berperang bukan berarti mengangkat senjata. Sebagai contoh, dalam memerangi dollar yang membumbung tinggi mulai beberapa bulan lalu. Apakah pemuda dan pemudi sudah bersatu untuk menumbuhkan ekonomi yang membaik? Faktanya pemuda dan pemudinya masih saling tuding. Pokoknya Jokowi yang salah!!! Hehe.

Bukannya bersatu agar mendapatkan hasil yang terbaik, malah masih sibuk saling tuding.

Ketiga : Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Sudahkah kita menjunjung bahasa persatuan kita, bahasa Indonesia? Maybe yes, maybe no.

Kadang memang aneh ya kalau kita orang Jawa yang masih tinggal di Jawa, terus menggunakan bahasa Indonesia. Terkesan tidak Njawani (menjawa-sikap dan prilaku) dll.

Menjunjung persatuan bahasa bukan berarti menyatukan bahasa itu sendiri. Karna per-satu-an bermakna dari satu-satu-an. So, saling menghargai dan menghormati bahasa salah satu makna tersirat dari isi Putusan Kongres Pemuda atau Sumpah Pemuda dan menempatkan bahasa Indonesia sebagai bahasa penengah dari semua ragam bahasa di Indonesia ini.

Dan saya harap agar bahasa tidak lagi menjadi konflik di negeri Indonesia tercinta ini.  Dan khususnya kalian pemuda atau pemudi agar lebih bisa memahami dan menghargai, semisalkan saya bilang kepada kalian, kalau “kalian jancokkk..” hehehehe..

Sekian dan matur suwun.

Tinggalkan jejakmu...